|
|
Perkampungan di wilayah pesisir Jakarta Utara pada umumnya berkaitan dengan keberadaan orang Bugis. Mata pencaharian utama penduduk di wilayah ini adalah nelayan, yakni nelayan penangkap ikan dan peternak kerang hijau. Sebelum kedatangan orang Bugis, orang Betawi umumnya hanya menangkap ikan dengan menggunakan jala dan perangkap ikan di pantai (bubu). Fenomena ini masih dapat dijumpai di wilayah enclave Betawi misalnya di Teluk Naga, Tangerang. Dengan kedatangan orang Bugis, orang Betawi diperkenalkan dengan metode menangkap ikan dengan perahu dan bagang. Bagang adalah semacam kerangka dari bambu yang dibuat menyerupai tenda di atas permukaan laut. Pada bagian di bawah permukaan laut terdapat beberapa batang bambo yang dirangkai sepanjang kurang lebih 30 meter. Pekerjaan beternak kerang hijau bukanlah pekerjaan asli orang Bugis. Orang Bugis menemukan metode beternak kerang hijau karena adanya penyesuaian diri dengan lingkungan alam setempat, setelah mengembangkan metode bagang. Dalam perkembangannya metode beternak kerang hujau menjadi komoditi yang menguntungkan, sehingga menjadi daya tarik orang Bugis dari wilayah lain dan kelompok etnis lainnya.
Penelitian ini adalah penelitian eksploratif yang berkaitan dengan mata pencaharian orang Bugis dan proses akulturasinya dengan masyarakat setempat (Betawi), sehingga orang Bugis dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya yang baru. Penelitian ini dilakukan di dua wilayah di Jakarta Utara, yaitu Kamal Muara dan Tanjung Priok.
|
Jointly organized by IIAS the Netherlands and The State Institute of Islamic Studies, Makassar